Air mata masih sering membasahi pipiku dan seperti biasa tidak pernah kuhapus sampai mengering dengan sendirinya. Mengenangmu begitu mudah karena kamu selalu ada dalam pikiranku walaupun kamu tak hadir lagi secara fisik seperti dulu.
Mengenalnya di restoran saat aku diajak bertemu oleh kenalan lamaku, sebenarnya tidak semenarik cerita dalam novel. Biasa saja bahkan kami tidak berbincang sama sekali. Jika kemudian kami kembali bertemu dalam perjalanan wisata bersama teman teman yang kebetulan kami kenal berdua, buatku itu hanya kebetulan semata. Saat bergabung dalam group chatting menjelang dan selama berhari-hari bersama, nomor hp nya cuma tercatat dengan nomor yang ada di group saja, bahkan tanpa nama. Chatting pertama kami terjadi saat aku meminta foto ramai ramai yang di jepret dengan kamera hp nya dan itupun begitu saja tanpa basa basi.
Aku mulai memperhatikannya saat hari terakhir kami menyusur pantai dan aku mencari beberapa souvenir di kios kios sepanjang pantai. Entah aku ge er atau tidak, aku merasa dia mengintili aku terus saat itu, karena walau terus ada di sampingku dan berhenti menungguku memilih milih souvenir, dia sama sekali tidak memilih dan tidak membeli apa-apa. Udara panas pantai menyebabkan aku kehausan dan mencoba meraih pintu coller untuk mengambil minuman dingin. Tiba-tiba ada tangan lain lebih cepat membukanya dan dalam sekejab satu buah teh botol dingin di sodorkan ke tanganku... "Panas ya... Minum teh botol enak banget kalau panas gini" Kemudian dia dengan cepat pula membayar teh botol itu kepada penjualnya. Saat aku keluarkan dompet untuk mengganti uangnya, dia menggeleng dan aku cuma tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
Kami berpisah di bandara dan cipika cipiki dengan teman-teman. Dan saat tiba giliran mengucapkan salam perpisahan dengannya, aku merasa ada yang berdesir di dadaku. Aku juga merasa dia memelukku terlalu erat. Itu saat pertama aku menyebut namamu, Harry.
Setelah perpisahan itu, tak pernah terpikir akan berjumpa dengannya lagi. Group chatting wisata itu masih bertahan beberapa bulan karena kami saling bertukar foto dan cerita wisata tetapi kemudian aku memutuskan untuk keluar dari group itu. Dari cerita beberapa bulan itu, aku mengetahui bahwa Harry sudah memiliki seorang tunangan wanita cantik, pintar secara akademis dan pandai memasak. Hmmmm... idaman banget yaaaa... Tapi justru setelah aku keluar dari group chatting wisata itu, Harry mulai sering mengajakku chatting dan beberapa kali menelpon aku. Dan entah kenapa, aku senang sekali mengobrol lama-lama dengannya. Berlangsung hanya dua minggu, Harry mengajakku bertemu dan dia menjemputku ke kampus tempatku kuliah S-2. Aku sadar dia telah bertunangan dan demikian juga aku. Tunanganku jauh menimba ilmu di benua lain dan baru 2 tahun lagi dia akan kembali. Aku membuat justifikasi bahwa kami hanya dua orang yang cocok dalam berbagai obrolan. Nyatanya memang sulit bertahan dengan justifikasi itu.
Itu terjadi di suatu malam satu bulan kemudian, dimana dia tiba-tiba menciumku dalam mobilnya dan mengatakan dia tidak tahan untuk menjauh dariku. Aku mendekapnya erat dan menangis karena aku begitu menginginkannya. Tapi sinar lampu dari mobil yang melewati kami, membuat kami sadar dan kemudian terdiam lama. Bagaimana dengan tunangan kami masing-masing.Kami mengakui bahwa kami jatuh cinta satu sama lain tapi kami sama sama yakin juga bahwa kami tidak mungkin bersama.
Dan cerita berakhir disana tapi tak pernah berakhir di dalam pikiranku....
Semoga kamu selalu sehat dan bahagia yaaaaa.....
Grup chatting memang lagi happening ya Mba Mey :D
BalasHapusemmmmmm....
HapusHahaha... rasa-rasanya pernah dengar nih dan memang cerita yang tidak usang..."Sepertinya kalau 'jadian' cocok..." Hahaha yo wes..., buat dikenang saja dek...
BalasHapusHahahaha... makasih mas, I feel you too....
Hapus