Hari minggu tanggal 25 Maret 2017, saya menghadiri sebuah blogger gathering yang di selenggarakan oleh komunitas ISB dan didukung oleh CNI. Acara dibuka oleh mbak Ani Berta sebagai founder dari ISB dan bertindak sebagai MC dan moderator. Gathering menghadirkan 3 pembicara yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing.
-------------------
Sesi pertama menghadirkan mas Gusti Alendra - promotion and marketing CNI, yang memaparkan mengenai digital branding CNI. Saya mengenal CNI sebagai perusahaan MLM yang menjual produk melalui member-membernya dan dari rumah ke rumah. CNI berdiri di Bandung 1 Oktober 1986 dengan produk andalannya, Sun Chlorella ayng berasal dari Jepang. Mengenai produk ini bisa di lihat pada artikel tentang sun chlorella. Seiring waktu CNI terus menambah produk dan memiliki 10 kantor cabang dan ratusan distribution center di Indonesia. Saat ini, saat aktivitas online menjadi trend dan hal yang biasa dalam masyarakat, tentunya CNI tidak mau tertinggal dan bergerak mengikuti gaya hidup masyarakat modern. Itulah mengapa dalam 2 tahun terakhir CNI gencar melakukan digital branding untuk tetap bertahan dan bahkan menambah pangsa pasar produk-produknya, seperti yang nampak dalam website http://www.cni.co.id/ maupun beberapa sosial media perusahaannya.
Menurut saya strategi marketing CNI harus terus di kembangkan, dengan banyak cara, misalnya :
Sesi Membangun Branding via Website di bawakan oleh Vincent - founder dari helofranchise.com, yang mengemukakan bahwa sebuah website yang bagus akan memiliki komponen sebagai berikut :
-------------------
Gathering di lanjutkan dengan topik yang paling menarik untuk saya, yaitu Personal Branding in Social Media yang di paparkan oleh mbak Dewi K Rahmayanti, seorang blogger yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan media sosial. Mbak Dewi mengatakan bahwa personal branding adalah cara kita memasarkan diri dan atau karir kita sebagai sebuah brand. Hal ini akan terkait dengan image, value, mission dan vision kita sebagai pribadi yang menggunakan sosial media itu sendiri. Point-point yang saya dapatkan adalah:
Sosial media di mata saya
-------------------
Sesi pertama menghadirkan mas Gusti Alendra - promotion and marketing CNI, yang memaparkan mengenai digital branding CNI. Saya mengenal CNI sebagai perusahaan MLM yang menjual produk melalui member-membernya dan dari rumah ke rumah. CNI berdiri di Bandung 1 Oktober 1986 dengan produk andalannya, Sun Chlorella ayng berasal dari Jepang. Mengenai produk ini bisa di lihat pada artikel tentang sun chlorella. Seiring waktu CNI terus menambah produk dan memiliki 10 kantor cabang dan ratusan distribution center di Indonesia. Saat ini, saat aktivitas online menjadi trend dan hal yang biasa dalam masyarakat, tentunya CNI tidak mau tertinggal dan bergerak mengikuti gaya hidup masyarakat modern. Itulah mengapa dalam 2 tahun terakhir CNI gencar melakukan digital branding untuk tetap bertahan dan bahkan menambah pangsa pasar produk-produknya, seperti yang nampak dalam website http://www.cni.co.id/ maupun beberapa sosial media perusahaannya.
dokumen pribadi |
Menurut saya strategi marketing CNI harus terus di kembangkan, dengan banyak cara, misalnya :
- Menyediakan banyak informasi yang di cari berupa artikel, video dan hasil riset yang relevan dengan produknya
- Terus meningkatkan websitenya agar lebih user friendly
- Promosi di media sosial sesuai dengan analisa data fans nya, misalnya demografi, feedback konsumen dll, sehingga lebih tepat sasaran.
- Sinergi antara website, kampanye produk dan media sosial yang kompak
Sesi Membangun Branding via Website di bawakan oleh Vincent - founder dari helofranchise.com, yang mengemukakan bahwa sebuah website yang bagus akan memiliki komponen sebagai berikut :
- Konten
- Fitur
- Desain tampilan
- Layout
- Performance
dokumen pribadi |
Buat saya, topik ini sangat berat, terkait dengan gapteknya saya mengenai hal-hal teknis seperti ini sehingga sulit buat saya menjelaskan hal ini. Yang penting buat saya ya 5 point di atas haruslah makkkknyooosss. Gitu ajahhhh...
-------------------
Gathering di lanjutkan dengan topik yang paling menarik untuk saya, yaitu Personal Branding in Social Media yang di paparkan oleh mbak Dewi K Rahmayanti, seorang blogger yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan media sosial. Mbak Dewi mengatakan bahwa personal branding adalah cara kita memasarkan diri dan atau karir kita sebagai sebuah brand. Hal ini akan terkait dengan image, value, mission dan vision kita sebagai pribadi yang menggunakan sosial media itu sendiri. Point-point yang saya dapatkan adalah:
- Tidak semua media sosial cocok untuk kita sehingga mungkin kita dapat memilih yang lebih cocok dan sesuai karakter kita.
- Membangun branding di sosial media tidaklah mudah dan sulit di raih dalam waktu singkat. Biasanya dibutuhkan waktu agar orang dapat mengenal siapa dan seperti apa kita. Hal ini juga terkait dengan konsistensi postingan kita.
- Branding adalah apa yang ada dalam pikiran teman atau follower kita tentang siapa kita, setelah melihat sosial media kita.
- Bahkan banyak perusahaan mulai melakukan stalking sosial media saat melakukan tahap penerimaan karyawan. Jadi memang postingan, komentar dan like pada sosial media kita, dapat menentukan apakah kita adalah orang yang tepat dan dapat di percaya untuk menduduki satu posisi dalam perusahaan.
- Sosial media dianggap dapat menggambarkan keseharian kita, cara pandang, emosi dan bahkan cara kita menghadapi masalah. Orang melihat jenis postingan kita, apakah kita sering posting keluhan, marah-marah, menyebar berita hoax, pamer kepemilikan barang-barang mewah, atau postingan hal-hal yang membangun dan positif.
- Hal yang menjadi perhatian juga adalah bagaimana bila terjadi komen negatif pada postingan kita. Apa yang harus dilakukan apabila terdapat komen negatif dalam postingan sosial media kita ?
- Mbak Dewi mengajarkan untuk tidak perlu menghapusnya. Sebaiknya juga tidak defensif, tetap sopan dan menjawab secara baik-baik.
Dunia digital atau saya lebih suka menyebutnya dunia maya, sudah sangat jauh memasuki kehidupan masa kini. Banyak hal yang terjadi dalam sosial media pada dunia maya yang dapat berakibat dalam citra diri jika dikelola dengan asal-asalan. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa bijak menggunakan sosial media sebagai bagian yang mendukung kehidupan nyata kita sehingga manfaatnya lebih dirasakan oleh kita sebagai pemilik akun.
Berbagai fenomena sudah saya lihat selama hampir 10 tahun bermain sosial media. Saat ini hampir semua perusahaan menggunakan sosial media untuk bertahan dan menambah marketnya. Pedagang online bertebaran dan dapat menjual barangnya melintasi wilayah tempatnya membuka lapak. Dan tentu saja melibatkan jasa pengiriman barang. Perekonomian lebih menggeliat dan menghasilkan banyak lapangan pekerjaan. Banyaklah sisi positif dari kemajuan teknologi saat ini dari sisi perekonomian.
Saya memulai dunia maya saya September 2008 dengan akun Facebook. Pada awalnya, hampir semua orang exicted karena menemukan teman-teman lamanya di Facebook. Kemudian setelah berjalan, mulai muncul beberapa masalah : yang 'clbk'lah, yang kepincut PIL / WIL, anak-anak remaja yang menghilang bersama teman barunya, yang tertipu WNA dengan janji menikahlah... Hahahaha pokoknya mulailah pengguna tergagap-gagap dengan teknologi ini. Masalah juga berkembang dengan banyak orang yang tidak bijak memposting status, urusan RT lah diumbar ke sosial media, kemarahan pada orangtua/guru/teman, makian terhadap perusahaan/atasan/kolega/ klien, ungkapan ketidakpuasan atas layanan dan lain-lain. Setelah media sosial bertambah banyak jenisnya, twitter, instagram, path, pinterest, chatting bbm, wa, telegram, sampai youtube dll, masalah makin bertambah rumit. Semua hal yang ada dalam kehidupan nyata di sosmed kan oleh pengguna yang tidak bijak dan tentunya menambah rumit kehidupan. Pada saat pilkada, semua sosial media makin bergeliat dan menjadikan orang-orang mendadak jadi pakar politik. Lalu mendadak orang saling unfriend, waduhhhhhh pertemanan di dunia nyata yang puluhan tahun hapus karena postingan dunia maya. Bagaimana ini ?
Buat saya pribadi, sosial media adalah tempat bersosialisasi yang sama dengan dunia nyata, berikut etikanya. Jadi bukan artinya kalau kita berinteraksi di sosial media kemudian kita bebas melakukan apa saja tanpa batasan. Pendapat saya mengenai tata cara posting dan menanggapi posting bisa di baca pada link artikel ini. Intinya jika dalam dunia nyata sesuatu itu tidak baik dilakukan, jangan lakukan hal tersebut di sosial media dengan anggapan bahwa hal itu hanyalah dunia maya. Ukurannya buat saya adalah hati nurani masing-masing pemilik akun. Karena apa yang kita tuliskan di sosial media akan selalu abadi walaupun sudah di hapus. Dan itu menimbulkan kesan bagi yang membaca, baik sisi positif maupun negatif. Jadi, mari kita saling menjaga hal-hal yang sudah menjadi tatanan keseimbangan hidup.
Terkait dengan dunia blogger, postingan di sosial media bisa mengakibatkan pihak yang ingin menggunakan jasa kita, mengurungkan niatnya. Sama seperti cerita HRD di atas, pengguna jasa juga menginginkan blogger yang punya citra diri yang baik di dunia maya. Jadi, mari kita sama-sama belajar supaya bisa naik kelas dan membuat nilai / citra diri di dunia maya sama baiknya dengan apa yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari. Kalau sudah telanjur mengisi sosial media dengan hal-hal yang "kurang manis" ya silakan mulai sekarang menambah "gula" secukupnya. Hal ini harus segera dilakukan supaya postingan lama tertutup dengan lebih banyak lagi postingan yang positif dan membangun.
Semangattttttt !!!
Saya mulai mikir jadinya mba, soalnya postingan saya di sosmed masih minim like/comment. Gimana ya biar bisa bangun komunikasi via sosmed. Penasaran saya :)
BalasHapuskata pakarnya pake kalimat tanya, biar di tanggapi... kata pakar yang lain juga, jangan pelit kasih like dan komen sama pengguna lain... Gituuu, mbak..
HapusWahh tak kirain apa gitu menjual diri, gak taunya tentang personal branding :)
BalasHapusiya penting yaa personal branding itu, sebagai jati diri kita, kita ingin dikenal sebagai siapa oleh oranglain
hahaha... menjual citra diri jadi kaya menjual diri yaksss... makasih mbak Olin
Hapus