dokumen pribadi |
Hujan subuh ini tiba-tiba mengingatkan aku pada suatu subuh di dataran tinggi Priangan, saat kamu masih mencintaku. Rintik hujan membawa lamunanku jauh ratusan kilometer dimana kamu tinggal saat ini, bersamanya. Sulit ya melupakan orang yang pernah berbagi suka, bahkan lebih banyak dukanya siy sebenernya, bersama kita.
Mungkin aku yang salah, membiarkan semua terjadi. Membiarkan kamu memaki, menyiksaku dengan kata-kata kasar untuk kemudian memaafkanmu dan tetap mencintamu. Sehingga dengan mudah pula kamu menyingkirkan aku hanya untuk alasan yang dahulu adalah alasan mengapa kita bersama.
Kamu memilih dia tetapi terus mengatakan tak ada yang berubah. Kamu bilang maaf karena tidak lagi dapat bersama tetapi selalu berkata merinduku. Hatiku bukan mainan yang bisa kamu sisihkan ketika kamu sudah bosan dan memilih yang lain. Untuk kemudian dengan mudah kamu mengatakan kita bersahabat saja tetapi terus menginginkan hangat pelukku. Hatiku masih mengucurkan darah segar saat dengan mudah kamu menuliskan kata "muaaaccchhh" tanpa berpikir bahwa aku nyata-nyata sadar bibir mana yang kamu kecup.
Jangan permainkan aku lagi, sudah cukup bagiku. Bantu aku menjadi lebih tegar, seperti aku dahulu, saat belum mengenalmu. Beri aku ruang untuk bernafas panjang dan mengatakan, sudahlah tak ada yang perlu di genggam lagi. Biarkan aku melepasmu dengan rela, biarkan aku melanjutkan hidupku. Jika datang masa-masa aku mengenangmu, biarkan saja aku hanya mengingat bahwa aku pernah bersamamu tanpa mengalirkan butiran bening dari kelopakku.
Aku hanya ingin mengenangmu sebagai orang yang membuat aku belajar tentang kehidupan, yang pernah membuatku sulit memejamkan mata dan membuat banyak hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Tapi cukuplah sebatas itu dan cukuplah kutaruh itu disudut sana dan membiarkannya lapuk ditelan waktu.
Andai perkataanmu benar, bahwa kamu tak pernah akan melupakanku, tak berhenti mencintaku, selalu merinduku... biarkan saja semua kamu simpan sendiri sampai berlalunya waktu dan rasa itu hilang. Lihatlah saja siapa yang ada di sisimu disepanjang malammu.Jangan kau terus mencengkeramku dan menorehkan sayatan pisaumu dijantungku, karena aku tidak terbuat dari adonan kue yang bisa dibanting berkali-kali dan tetap mengembang saat dipanggang. Jangan kamu melambaikan tangan tetapi tidak mau melepaskan tali tambatan sampanku. Jangan kamu membakar jembatan tetapi selalu bertanya dapatkah sesekali aku mengunjungimu.
Ahhhhh hujan sudah berhenti... Saatnya kembali ke realita. Ayoooo mandi, sudah lelah anganku menari...
Komentar
Posting Komentar