Tahun lalu saya membeli sebuah televisi lagi setelah bertahun-tahun tidak memiliki alat elektronik yang satu ini. Alasan membelinya memang bukan untuk menonton berita politik atau sinetron-sinetron hits yang sering jadi perbincangan saat ini. Murni agar saya agak betah di rumah karena saya pikir saya terlalu sering keluar rumah. Tapi ternyata tidak ampuh juga untuk menahan saya keluar rumah. Pada dasarnya saya memang tidak begitu tertarik dengan televisi. Buat saya kadang cuma membuang waktu dan di tonton bener-bener saat saya kelelahan dan butuh tidur tapi belum bisa merem. Itupun saya selalu di komplain suami karena yang saya tonton ya itu-itu saja, tayangan yang sudah berulang-ulang, karena saya malas mengganti channel. Yang ditonton ya cuma Fox Crime dengan cerita detektif pembunuhan yang itu-itu saja. Hahahaha...
Tayangan televisi banyak sekali di perbincangkan dalam dunia pendidikan dimana di sebutkan, kebanyakan acaranya tidak mendidik dan lain sebagainya. Apalagi dengan tayangan-tayangan sinteron lokal yang lebih banyak menonjolkan segi materialistis, cinta segitiga dalam kehidupan remaja, perselingkuhan dalam keluarga, atau tema mistis. Jujur saya tidak dapat berkomentar banyak karena saya bukan penggemar sinetron. Beberapa judul saya tahu hanya karena pernah menontonnya secara tidak sengaja. Misalnya menginap di kost teman jaman kuliah, bertamu ke rumah keluarga dekat atau membaca di berita-berita dan mendengar perbincangan teman dan saudara tentang serunya sebuah sinetron.
foto dari pencarian google |
Satu-satunya sinetron yang pernah saya pantengin adalah sinetron yang ada jaman saya masih imut-imut bingittsss... Ahhhh, ketahuanlah saya sekarang umur berapa kalau melihat masa tayang sinetron ini. Iya, bahkan anak sayapun tidak pernah mendengar judul sinetron ini. Jangan-jangan anda juga tidak pernah mengenalnya ya.... Hahahaha....
foto dari pencarian google |
Keluarga Marlia Hardi adalah sinetron atau dahulu di sebut sandiwara televisi yang tayang tahun 1973 - 1984 di stasiun televisi satu-satunya saat itu, TVRI. Serial ini bercerita tentang sebuah keluarga dengan anggota : ayah pak Awal, ibu Mar, 3 anak ( Didu, Kiki dan Ruri ) serta seorang pembantu rumah tangga, bernama bi Supi. Ceritanya berputar di kehidupan sehari-hari, sebuah potret keadaan nyata keluarga dalam masyarakat kelas menengah ke bawah yang di kemas dengan menarik dan membawa hawa demokrasi keluarga. Sinetron jaman dahulu saat saya masih imut-imut ini, rasanya memang lebih bercerita tentang hal-hal keseharian yang lebih "membumi". Konflik keluarga dengan penyelesaian duduk di meja makan dan ruang keluarga yang berjalan dengan santun dan sesuai dengan porsi antara anak dan orangtua.
Ironis sebenarnya dengan kenyataan bahwa pemeran utama acara ini, Marlia Hardi, meninggal dengan cara menggantung diri pada kusen pintu sehingga menyadarkan kita bahwa memang kehidupan nyata tidak seindah sinetron televisi. Begitulahhhh...
Komentar
Posting Komentar