Pernah dengar program 3 END's ?
Jujur, saya baru mendengar saat menghadiri acara Netizen Gathering 2017 yang di selenggarakan oleh Serempak.id (website Seputar peRempuan dan anAk) dan IWITA (Indonesian Women IT Awareness) pada tanggal 30 November 2017 di hotel Atlet Century. Program 3 END's adalah program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mencakup End Violence Against Women and Children (akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak), End Human Trafficking (akhiri perdagangan perempuan) dan End Barrier to Economic Justice (akhiri kesenjangan ekonomi terhadap perempuan). Nah, kalau saya saja yang tinggal di seputaran ibukota baru mengenal program ini, bagaimana perempuan-perempuan lain dapat mengetahui bahwa ada program seperti ini. Padahal program ini sudah berjalan sejak tahun 2016 looo... Itulah mengapa, acara ini diadakan sebagai salah satu pemberdayaan para netizen untuk menciptakan konten kreatif terkait kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.para narasumber - dokumen pribadi |
Kesetaraan Gender
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Perubahan ciri dan sifat-sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender. Ini definisi yang disebutkan dalam buku Fakih, M. (2006) Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jadi harus di mengerti bahwa gender bukanlah kodrat, demikian sebut Ratna Susianawati selaku Asdep Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPP-PA. Kodrat wanita hanyalah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Jadi sebagai contoh sederhana adalah seperti ini : Jika masih ada laki-laki di rumah, yaaa gak usahlah perempuan sok jadi wonder woman benerin genteng. Itu biarlah dikerjakan oleh laki-laki. Sebaliknya laki-laki tidak perlu gengsi untuk membantu pekerjaan mencuci piring di dapur, misalnya. Jadi, kesetaraan gender sangat terkait dengan sosial, kultur, dan berubah sesuai waktu dan tempatnya.
Media Sosial yang ramah perempuan
Kehidupan saat ini memang sudah serba digital dan perempuan-perempuan menyalurkan banyak suara melalui media sosial. Sayangnya dalam banyak kasus, justru kondisinya perepuan menyerang perempuan lain dalam media sosial, demikian di sebutkan oleh Maman Suherman, salah satu narasumber dalam acara ini. "Seringkali banyak kasus perempuan yang viral dan lebih tinggi ratingnya, akibat perempuan sendiri yang share atau memviralkanya. Orangtua pun harus sadar dengan lingkungan sekitar, karena kebanyakan terjadinya pelecehan seksual dan kekerasan pada anak, dengan pelakunya adalah orang terdekat,” ujar Maman Suherman, selaku penulis buku. Banyak sekali contoh mengenai hal ini dan yang paling mengejutkan saya adalah bahwa fakta bahwa Indonesia adalah pusat tujuan wisata pedofil Australia. Biasanya para pedofil ini mencari mangsa dengan cara mengirim uang untuk si anak untuk kemudian dengan berbagai cara meminta foto si anak untuk disebarkan dalam group-group mereka.
Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPPPA mengatakan, “Netizen harus dapat menyajikan konten yang berkesetaraan gender. Media sosial sebagai wadah mensosialisasikan pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak.”
Mengungkapkan permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak ibarat gunung es, kompleks dan sering luput dari perhatian. ”Dalam pelecehan seksual dan kekerasan pada perempuan dan anak, banyak korban tidak bisa mengatakan hal yang terjadi pada dirinya dan lebih memilih merahasiakannya,” ujar Ina Rachman selaku Advokat dan Aktivis Perempuan.
Jadi, bagaimana dalam dunia yang serba digital sekarang, kita dapat mengangkat program 3END's ini sebagai dasar untuk menuliskan konten yang baik dalam fasilitas-fasilitas media sosial. Mungkin kita bisa memulainya dengan berpikir sebelum mengetik : apakah saya akan menulis sesuatu yang BENAR ? Jika benar, apakah hal itu BAIK ? Jika benar dan baik, apakah BERMANFAAT ? Dengan tiga filter ini, setidaknya kita dapat menahan diri untuk menulis konten yang bernada HOAX atau malah menjadi pelaku kekerasan pada perempuan dan anak.
Terakhir ini adalah nomor telpon untuk pengaduan apabila kita menemukan adanya kekerasan pada perempuan dan anak, perdagangan manusia dan kesenjangan ekonomi terhadap perempuan :
Komentar
Posting Komentar