Sudah tahu dunk kalau Indonesia menjadi tuan rumah untuk International Monetory Fund - World Bank Group Annual Meeting ? Iya , yang berlangsung di Bali pada tanggal 8-14 Oktober lalu. Nah kali ini saya ingin cerita tentang salah satu rangkaian acaranya, yaitu Indonesia Investment Forum (IIF) 2018. IIF 2018 ini berlangsung dengan tema A New Paradigm In Infrastructure Financing.
Pict : JadiMandiri.org |
Indonesia yang sampai saat ini masih tergolong negara berkembang memang sangat fokus untuk membangun infrastruktur guna menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi. Geografis negara kita memang unik karena terpisah dalam kepulauan dan pulau-pulau kecil yang harus dapat di jangkau dengan transportasi yang mudah dan murah.
Pembangunan infrastruktur diharapkan mempercepat interkoneksivitas antar wilayah di Indonesia sehingga dapat menekan biaya logistik dan ketersediaan suplai energi untuk kemajuan ekonomi di daerah. Duhhhh, pengen deh Indonesia cepat menjadi negara maju yaaa..
Topik infrastruktur ini memang selalu menarik buat banyak kalangan karena pembiayaannya yang memerlukan banyak sekali 'fulus'. Untuk mendapatkan pembiayaan tentu saja harus disukung oleh banyak pihak dan tidak dapat haya bergantung pada pemerintah. Nah kegiatan IIF 2018 ini adalah bentuk dukungan pemerintah pada sektor swasta untuk turut berpartisipasi dalam membangun negara.
Pict : JadiMandiri.org |
Bentuk dukungannya sendiri adalah berupa kebijakan yang akomodatif dan inovasi instrumen keuangan untuk pembiayaan infrastruktur. Fokus kali ini adalah untuk membangun jalan tol, bandar udara, pelabuhan dan penambahan kapasitas pembangkit listrik. Pemerintah telah menetapkan Proyek Strategis Nasional dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan 223 proyek dan 3 program mencapai USD 307 miliar sehingga peran seluruh pihak sangat di perlukan.
Selama ini, Kementerian BUMN berupaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dengan mencari sumber pendanaan dari pasar keuangan melalui berbagai inovasi instrumen pembiayaan dan membangun kemitraan dengan sektor swasta lainnya. Melalui kemitraan strategis, BUMN diharapkan juga mendapatkan pembelajaran dari keahlian sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur dengan kualitas sesuai dengan standar internasional.
Pict : JadiMandiri.org |
“Agar Annual Meeting ini juga bisa menghasilkan output yang optimal, kami juga membantu Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, BI dan OJK dalam pelaksanaan Indonesia Investment Forum pada 9-10 Oktober 2018 untuk menyampaikan update kebijakan makro dan keuangan serta program atau proyek potensial BUMN-BUMN kepada calon investor. Diharapkan, kegiatan tersebut dapat menghasilkan beberapa nota kesepahaman terkait proyek-proyek strategis tersebut,” demikian menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas
Usaha melibatkan pihak swasta dalam proyek infrastruktur telah mulai membuahkan hasil. Pada 11 Oktober 2018, akan ditandatangani 21 proyek infrastruktur pada 12 BUMN, dengan total nilai proyek sekitar USD13,6 miliar. Penandatanganan tersebut mencerminkan tingginya minat investor domestik dan luar negeri untuk berinvestasi pada sektor infrastruktur di Indonesia, serta mempertegas bahwa inovasi pembiayaan infrastruktur di pasar keuangan Indonesia terus berkembang.
Inisiatif lain yang dilakukan untk pembiayaan infrastruktur adalah penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur (KIK-DINFRA). Kontrak investasi ini diterbitkan Bank Mandiri Group bersama anak perusahaannya yaitu Mandiri Sekuritas dan Mandiri Manajemen Investasi dan berkerjasama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Produk investasi yang pertama kali diluncurkan tersebut rencananya akan menyasar investor lokal dan global. Inovasi lainnya adalah fasilitas hedging syariah yang mendampingi pemberian kredit syariah, yaitu hedging syariah pertama yang dilakukan di pasar keuangan syariah domestik.
Pict : JadiMandiri.org |
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan total dana sebanyak 95 persen diperoleh dari investor luar negeri. Forum kesepakatan kerjasama ini diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Dengan nilai perkiraan investasi langsung senilai Rp 200 triliun di 21 proyek BUMN.
Adapun kerjasama investasi dan pembiayaan yang ditandatangani adalah sebagai berikut:
Adapun kerjasama investasi dan pembiayaan yang ditandatangani adalah sebagai berikut:
- Strategic Partnership antara PT GMF AeroAsia Tbk dan Airfrance Industries serta KLM Enginering & Maintenance
- Partnership senilai USD 500 juta antara GMF AeroAsia dan China Communications Contruction Indonesia
- Peluncuran penawaran kerjasama strategis bandara Kualanamu oleh PT Angkasa Pura II (Persero) kepada investor, senilai hingga USD 500 Juta
- Strategic Partnership senilai USD 100 juta antara PT Pindad (Persero) dan Waterbury Farrel
- Strategic partnership senilai USD 320 juta antara PT Aneka Tambang Tbk dengan Ocean Energy Nickel International Pty. Ltd
- Strategic Partnership senilai USD 850 juta antara PT Inalum (Persero), Antam dan Aluminium Corporation of China Limited
- Kerjasama senilai USD 500 juta antara PT KAI (Persero), PT INKA (Persero) dan Progress Rail (Caterpillar Group)
- Kerjasama senilai USD 185 juta antara PT Boma Bisma Indra (Persero) dan Doosan Infracore serta Equitek
- KIK-Dinfra senilai USD 112 juta oleh PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta pernyataan efektif OJK
- RDPT PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta AIA, Taspen, Wana Artha, Allianz dan Indonesia Infrastruktur Finance (IIF) senilai USD 224 juta
- Kerjasama investasi senilai USD 6.5 miliar antara PT Pertamina (Persero) dan CPC Corporation
- Kerjasama investasi senlai EUR 150 juta antara PLN dan KfW
- Kredit investasi Senilai USD 523 juta dari Bank Mega kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk pembangunan ruas tol Pekanbaru - Dumai
- Asset monetization senilai USD 336 juta oleh Hutama Karya dengan ICBC, MUFG, Permata Bank, SMI
- Kredit Sindikasi USD 684 juta kepada Hutama Karya dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan SMI
- Investasi senilai USD 310 juta antara Menjangan Group, ITDC dan Amorsk Group
- Investasi senilai USD 198 juta antara PT Wijaya Karya (Persero), ITDC dan Menjangan Group
- Kerja sama pembiayaan proyek Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika antara ITDC dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) senilai USD 248 Juta
- Kerjasama Hedging nilai tukar berbasis Syariah senilai USD 128 juta antara PT SMI dan Maybank
Komentar
Posting Komentar