Belajar untuk orang-orang jaman old itu duduk manis, tangan dilipat sambil melototin buku di depan mata, gitu deh.... Padahal sebagai orang yang pernah menjadi anak-anak, semestinya kita menydaari bahwa model belajar diluar kelas justru lebih melekat hasilnya. Tidak hanya terbatas untuk anak-anak; sebagai orang dewasa, kita juga lebih rileks berada di luar ruangan di bandingkan harus terkungkung dalam cubical ruang kantor toh?
Anak saya adalah salah satu pecinta kegiatan belajar di luar kelas. Itu sebabnya saat dia masih SD, guru-gurunya sangat kerepotan dengan polahnya di kelas. Anak saya tidak bisa duduk manis di kelas dan diam. Pola belajar di sekolahnya saat itu sebagian besar di dalam kelas sehingga mengakibatkan dia agak tersiksa. Setiap saat dia berkeliling kelas, melihat-lihat tugas teman-temannya dan terkesan mengganggu ketertiban. Banyak teman-temannya yang menganggap anak saya "berbeda dan aneh" sehingga terjadi "bulliying" terhadapnya.
Saat ditegur oleh gurunya, anak saya akan "ngambek dan ngegelosor" di bawah mejanya. Dia tidak akan beranjak dari sana sampai bel tanda pulang sekolah. Hal yang berbeda akan terjadi jika melakukan sesi belajar di luar kelas, dia menjadi sangat antusias dan kooperatif. Dengan banyak kondisi yang tidak nyaman, dia bertahan dengan dukungan keluarga. Kemudian, sejalan dengan usianya, dia lebih bisa diajak bekerjasama dan menyelesaikan pendidikan SD dan SMP nya dengan baik, di lingkungan itu.
Aaaah, tidak terasa dia sudah menjadi mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi Negeri sekarang. Love you, son...
membaca di luar ruangan |
SEKOLAH RAMAH ANAK
Sekolah Ramah Anak (SRA) adalah sekolah yang aman, bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup. SRA harus mampu menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya, selama anak berada di sekolah. SRA adalah sekolah yang nyaman bagi anak, memenuhi hak anak dan melindunginya, karena sekolah merupakan rumah kedua bagi anak, setelah rumahnya sendiri. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai salah satu Kementerian yang mempunyai peran perlindungan anak telah mendorong pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk mewujudkannya.
Sampai saat ini masih dijumpai anak bersekolah di bangunan yang tidak layak, sarana prasarana yang tidak memenuhi standar, kehujanan dan kebanjiran. Program dari Kementerian ini, juga dilatarbelakangi adanya proses pendidikan yang masih menjadikan anak sebagai obyek dan guru sebagai pihak yang selalu benar, mudah menimbulkan kejadian bullying di sekolah/madrasah. Data KPAI (2014-2015) tentang Kasus Kekerasan (Kekerasan Fisik, Psikis, Seksual dan Penelantaran Terhadap Anak), sebanyak 10% dilakukan oleh guru.
Bentuk-bentuk kekerasan yang banyak ditemukan berupa pelecehan (bullying), hukuman yang tidak mendidik bagi peserta didik, seperti mencubit (504 kasus), membentak dengan suara keras (357 kasus) dan menjewer (379 kasus), tercatat dalam Data KPAI 2013. Selain itu juga ada ancaman mengalami bullying dan kekerasan yang dilakukan oleh teman sebaya.
Dengan adanya Sekolah Ramah Anak, diharapkan kondisi diatas dapat teratasi. Anak diharapkan dapat secara aktif mengembangkan potensi diri sehingga dapat memiliki kematangan spiritual, kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan yang akan berguna. Salah satu upaya mendukung Sekolah Ramah Anak (SRA) adalah dengan menggalakkan hari belajar di luat kelas.
HARI BELAJAR DI LUAR KELAS
Pengalaman belajar di luar kelas memang biasanya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan kenangan yang abadi. Anak-anak yang belajar di luar kelas biasanya antusias, aktif bergerak, lebih independen dan memiliki kesadaran besar menjaga lingkungan. Hal-hal itu dapat bisa meningkatkan kemampuan ketrampilan sosial, kemampuan meyelesaikan masalah, ketrampilan kerjasama dan anak-anak merasa lebih asyik.
Hari Belajar di Luar Kelas atau Outdoor Classroom Day (OCDay) dilaksanakan serentak di sekolah-sekolah di dunia dan juga Indonesia pada tanggal 1 November 2018, sekaligus untuk memperingati Hari Anak Internasional. OCDay merupakan kampanye global untuk menginspirasi aktivitas belajar di luar kelas, minimal 90 menit setiap hari
Jutaan anak dari ribuan sekolah di seluruh dunia turut mengambil bagian dalam kampanye ini. Sebanyak 927.395 partisipan anak-anak, mewakili 5.556 sekolah/madrasah di seluruh Indonesia merayakan kegembiraan belajar di luar kelas pada 1 November 2018 selama 3 jam (jam 7-10 waktu setempat).
Di Indonesia, kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, serta didukung oleh Perkumpulan Kerlip (Keluarga Peduli Pendidikan) dan FGII (Federasi Guru Independen Indonesia). Kegiatan di lakukan dengan dukungan sejumlah pemerintah daerah, antara lain: Papua, Halmahera Barat, Ambon, Sumba Barat Daya, Maros, Lombok, Surabaya, Malang, Bojonegoro, Brebes, Garut, Kota Bandung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Cilegon, Banten, Metro, Pringsewu, Pekanbaru, Riau, Deli Serdang, Balikpapan, dll.
Keceriaan siswa-siswi SLBN Balikpapan yang berpartisipasi pada kampanye global Hari Belajar di Luar Kelas/OCDay yang secara serempak di laksanakan di seluruh Indonesia dan seluruh dunia |
Hari Belajar Di Luar Kelas Di Tangerang Selatan
“Salah satu indikator terbentuknya Sekolah Ramah Anak adalah kegiatan belajar di luar kelas. Sekolah Ramah Anak membantu mewujudkan kondisi aman, nyaman, serta dan menyenangkan, selama anak di sekolah. Karena itu, belajar di luar kelas sangat dibutuhkan untuk menunjang proses belajar ramah anak. Dengan demikian diharapkan kesehatan mental dan fisik anak-anak kita semakin baik. Membuat mereka semakin banyak melakukan aktivitas yang juga baik untuk tumbuh kembangnya. Sekolah Ramah Anak ini juga sudah luar biasa membantu menciptakan suasana belajar yang membangun karakter positif anak yang penuh persaudaraan dan keakraban”. Demikian seperti dijelaskan oleh Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak, Lenny N. Rosalin, saat menghadiri OCDay di SMAN 2 Tangerang Selatan.
Ibu Lenny juga menyatakan bahwa pelaksanaan OCDay melalui SRA merupakan salah satu upaya memenuhi hak anak dan melindungi mereka dari berbagai kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi selama berada di sekolah. Bermain juga merupakan salah satu hak anak, yang mampu mengajarkan keterampilan penting dalam kehidupan seperti daya tahan, kerja sama, dan kreativitas. Belajar di Luar Kelas dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran dengan mengusung berbagai tema, di antaranya: climate change (adaptasi perubahan iklim), perilaku hidup bersih dan sehat, sarapan sehat setiap hari, pendidikan karakter, cinta tanah air, serta pelestarian permainan tradisional.
Deputi V Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan dan HAM Strategis, Kantor Staf Presiden, Jaleswari Pramodhawardhani turut hadir di SMAN 2 Tangsel. Menurutnya, “Masa Indonesia Emas 27 tahun dari sekarang adalah masa depan anak anak yang sekarang sedang berada di usia sekolah ini. Karena itu, penting memberikan pengalaman belajar di luar kelas yang bermakna. Wawasan mereka akan bertumbuh lebih komplit lewat pengalaman bermain bersama, bekerjasama, bersosialisasi, dan saling mendukung dalam kesetaraan serta toleransi. Ini bekal penting bagi anak-anak calon pemimpin di masa mendatang.” ujar Jales.
Pelaksanaan OCDay ini selaras dengan amanat yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar setiap sekolah melakukan proses pembelajaran di luar kelas lebih banyak dengan persentase 60% daripada belajar di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak membosankan, sekaligus memberi tantangan yang berbeda bagi anak-anak.
Yukksss dukung Sekolah Ramah Anak Dengan Meningkatkan Kegiatan Belajar Di Luar Kelas!
Menyenangkan banget kalo pembelajaran dilakukan dengan cara seperti ini.
BalasHapusAnak2 pastinya makin semangaaaatt
Kindly visit my blog bukanbocahbiasa(dot)com
Betul mbak...
HapusDone visit
wuah aq baru tahu mbak kalau tanggal 1 november lalu diperingati sebagai OCDAY. sayang yah dulu waktu aq sekolah belum ada program seperti ini, hihihi... karena aq setuju dengan ide ini, sesekali kita perlu untuk belajar tidak diruangan karena memang lebih mengasikkan belajar diluar kelas, bisa berganti suasana tidak menjenuhkan. semoga OCDAY tidak hanya diterapkan setahun sekali, tapi mungkin bisa seminggu sekali.. tfs mbak
BalasHapusHarus di infokan juga kali ya ke sekolah-sekolah. Ngingetin gitu, secara kementerian mestinya udah ada sosialisasi
Hapusbelajar jadi lebih asyik dan seru buat anak-anak ya. cara belajar yang bisa dijadiin alternatif nih, anak-anak juga merasa tertantang dengan cara belajar yang berbeda
BalasHapusKan belajar dengan bermain lebih nempel ya
HapusProgramnya keren banget ini Mba. Anakku pun termasuk yang dulunya dilabel guru sebagai anak yang nggak bisa diam dalam kelas. Sampai saya pindahkan sekolahnya, untungnya sekarang dia bahagia di sekolah yang baru yang membebaskan dia menyerap pelajaran dengan caranya sendiri. Semoga program sekolah seperti ini masih tersebar luas ya jadi anak-anak Indonesia punya lebih banyak sekolah yang sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing.
BalasHapusAku padamu mbak... Biarlah anak-anak belajar dgn cara yg cocok dgn tipe anaknya
HapusAnak itu suka dengan hal yang "bebas" buat explore berbagai hal makanya kalau ada metode belajar seperti ini siapa yang nggak suka kan?
BalasHapusIya mbak Gita pasti paham niy yg begini
HapusWah kalau disekolah RA tempatku tiap hari ada kegiatan di luar kelas selama 30 menit sebelum masuk kelas. Dan tiap hari Rabu dan Jum'at kegiatan di luar kelas seharian
BalasHapusWahhhh keren sekolahnya
HapusPengalaman belajar di luar kelas itu menjadi sebuah inovasi yg sangat disukai para siswa sebenarnya jadi aktifitas yg dilakukan tak monoton dlm ruangan saja
BalasHapusYang jelas lebih nempel lama deh pelajarannya
HapusCara belajar sekarang memang lebih variatif yah mbak, di RA anakku juga selalu dibiasakan setiap pagi 30menit bermain dulu di halaman baru masuk ke kelas.
BalasHapusJadi anak juga puas ya mbak
HapusBelajar di luar kelas seru banget, banyak pengetahuan yang bisa didapatkan juga ya
BalasHapusSetuju teteh
HapusDisekolah anakku lumayan sering program belajar diluar kelar, setiap minggu selalu ada. Entah itu di area sekolah, dekat sekolah atau fieldtrip yang memang membuat anak belajar supaya menjadi fun.
BalasHapusBagus tuh mbak sekolahmya... Sekarang lebih banyak siy pilihan sekolah spt itu
HapusSekolah anakku lumayan sering belajar di luar kelas, model duduknya juga bebas, ga harus di bangku. Anak boleh ngampar di lantai, boleh tiduran, boleh duduk. Semaunya aja.
BalasHapusSeru tuh begitu... Jaman dulu terbatas sekolah model itu
HapusIni yang paling aku nanti-nantikan di zaman sekolah dulu. Keseringan duduk di ruangan tuh jadi bosen dan ngantuk ahahaha.
BalasHapusNahhhh bisa tossss kita
Hapusbelajar di luar kelas emang seru sih karena materi yang disampaikan langsung menancap di otak
BalasHapusBener bangettttt
HapusIni cara belajar yang menyenangkan dan nggak bikin bosen.. anak anak pasti betah sekolah deh
BalasHapusAku pun kakak
HapusPembelajaran bikin nggak bosenin
BalasHapusBener mas
Hapus