6 dari 10
ibu di Indonesia tidak mengetahui gejala alergi pada anak. Demikian disebutkan
dalam webminar dari Danone Indonesia bertajuk “Gejala
Alergi Saluran Cerna VS Gangguan Saluran Cerna Fungsional : Cara Membedakannya”
Dan... dengan malu saya tunjuk jari deh, bahwa saya adalah salah satu dari 6 ibu-ibu di atas itu. Tapi beruntung saya ikut webminar dari Danone yang membuat melek mata sama hal-hal seperti ini.
Saya tau, nutrisi pada bayi sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang, daya tahan tubuh dan tentunya mempengaruhi fungsi otak. Nah, saluran cerna adalah tempat masuknya nutrisi kedalam tubuh. Jadi emang penting banget ya ini bahasan, buibuk...
Karena organ-organ tubuh pada bayi tentunya belum sempurna seperti orang dewasa, maka saluran cerna juga menjadi saluran masuknya bakteri, virus dan zat asing yang dapat menimbulkan gangguan. Nahhhhh... disini mulai panik dunk, yekaannnn... Makanya, orangtua perlu mencermati kondisi saluran cerna pada bayi dan anak-anak agar tumbuh kembangnya menjadi optimal.
Dengan tingkat pengetahuan yang terbatas, saya dan ibu-ibu "yang enam tadi" memerlukan alat untuk dapat mengetahui adanya alergi pada bayi dan anak-anak tentunya. Dan beruntung tanggal 1 November 2021 nanti akan ada alat yang dapat digunakan secara gratis loooo...
Sebelum kita ngomongin alatnya, kita bahas dululah yaaa si gangguan saluran cerna ini. OK?
Gangguan Saluran Cerna
Dua jenis
gangguan yang biasa terjadi pada saluran cerna bayi atu anak-anak, adalah :
1. Alergi Susu Sapi / Cow’s Milk Protein Allergy (CMPA)
2. Gangguan Saluran Cerna
Fungsional / Functional Gastrointestinal Disorder (FGID)
1. Alergi Susu Sapi / Cow’s Milk Protein Allergy (CMPA)
Gangguan Saluran Cerna Fungsional
FGID
mempunyai beberapa keluhan umum seperti kolik, gumoh dan konstipasi. Biasa
terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, FGID merupakan gejala kronis, berulang
dan sulit dijelaskan penyebabnya. Hal ini karena penyebabnya adalah berbagai
hal kompleks yang saling berinteraksi, mulai dari biologis, psikososial, lingkungan
dan lain-lain.
Secara umum,
keluhan FGID berupa gumoh terjadi 30%, kolik infantil 20%, konstipasi
fungsional 15% serta diare fungsional dan diskesia sekitar 10%. Gangguan yang tidak
tertangani dengan baik dapat memberikan dampak pada tumbuh kembang anak dan kondisi
kesehatannya di masa mendatang.
Kolik ditandai
dengan bayi yang rewel, tidak tenang dan menangis tanpa diketahui sebabnya. Berlangsung
lama dan berulang, kolik kadang menyebabkan orangtua atau pengasuhnya menjadi
panik karena tidak dapat di cegah. Biasanya kolik terjadi saat usia 6 minggu
sampai 2 bulan dan berkurang pada bayi usia 3-4 bulan akibat saluran cerna belum
sempurna. Tetapi jika tanda-tanda tumbuh kembangnya tetap baik, hal itu akan
menghilang dengan sendirinya.
Gumoh terjadi
biasanya di usia lebih dari 1 minggu dimana bayi mengeluarkan kelebihan ASI atau
susu tanpa kelihatan kesakitan. Biasanya gumoh akan hilang sama sekali di usia dengan
9-12 bulan.
Alergi Susu Sapi
Alergi adalah
suatu reaksi hipersensitivas yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunitas
tertentu yang disebabkan oleh banyak hal.
Berdasar
data Ikatan Dokter Anak Indonesia, angka ASS di Indonesia berkisar 2-7,5%
dengan kasus tertinggi yang terjadi pada awal kehidupan bayi. ASS biasa terjadi
1 bulan pertama kehidupan atau setelah 1
minggu mengkonsumsi susu sapi.
Alergi biasa
terjadi pada saluran pernafasan, kulit dan saluran pencernaan. Biasanya terjadi
pada 2 jenis gejala. Gejala ASS bisa muncul cepat, kurang dari 1 jam sampai 2
jam, sejak mengkonsumsi protein susu sapi. Bisa menjadi ruam, sesak nafas muntah
dan diare. Hal ini harus segera dibawa
ke dokter/RS. Yang timbulnya lambat bisa 2 sampai 72 jam setelah mengkonsumsi susu sapi. Tipe lambat biasanya ringan,
ruam sedikit kemudian bertambah banyak dan diare.
Anak
dengan ASS biasanya mengalami lebih dari satu gejala, yang terjadi pada
1. Kulit
·
kulit yang
memerah, pembengkakan mata dan bibir;
2. Saluran pernafasan
·
batuk,
bersin hidung berair;
3. Saluran pencernaan
·
gumoh, muntah,
konstipasi, diare dan kolik
1. Kulit
Perbedaan FGID dan ASS
Allergy-Tummy Checker
Danone
Indonesia memberikan kemudahan berupa alat untuk para orangtua agar dapat membedakan
gejala saluran cerna akibat alergi atau gangguan saluran cerna biasa. Hal ini
dijelaskan oleh Ari Mujahidin selaku Corporate Communications Director Danone Indonesia
dan Shierra Maulidya, selaku Gut and Allergy Care Manager.
Alat
deteksi digital yang disebut Allergy-Tummy Checker dapat diakses melalui
www.bebeclub.co.id mulai 1 November
2021 secara gratis. Diagnosa dan rekomendasi dalam alat ini sudah di validasi oleh
dokter spesialis gastro. Hasil deteksi ini juga diperlukan agar dapat
mengendalikan gejala dan mencegah gejala berkepanjangan yang dapat menghambat tumbuh
kembang optimal anak.
Didalamnya
juga terdapat banyak artikel yang membuat orangtua dapat mengetahui tata
laksana yang dibutuhkan si kecil untuk menghindari kondisi pemicu alergi dan
memilih nutrisi yang tidak cocok mengkonsumsi susu sapi. Salah satu pengganti yang dapat diberikan adalah susu soya yang difortifikasi sebagai sumber nutrisi alternatif. Karena nutrisi yang
seimbang pasti dibutuhkan oleh anak hebat untuk tumbuh kembang optimalnya.
Memang hidup semakin kesini makin dimudahkan untuk mengakses informasi. Ditunggu tanggal 1 November 2021 yaaaaa...
Komentar
Posting Komentar